Senin, 13 Oktober 2008

GEREJA KAUM MISKIN, MASIH PERLUKAH ?

Sebuah slogankah ?

Sering kita mendengar dalam berbagai kalangan Gereja Katolik ungkapan gereja kaum miskin. Dan sejauh ini dapat dipertanyakan dalam diri sendiri apakah gereja benar-benar berpihak pada kaum miskin, dalam pengertian sebagai bagian dari gereja itu sendiri. Jangan sampai terjadi ungkapan gereja kaum miskin hanya sebuah slogan yang hanya manis untuk diucapkan namun sangat lain dalam kenyataan.

Pengertian kaum miskin.

Sangat sulit mendefinisikan atau merumuskan kriteria kaum miskin. Miskin dapat dalam bentuk jasmani maupun rohani. Kemiskinan sendiri sebenarnya tidak diharapkan dan disukai karena hidup dalam kemiskinan identik dengan kehinaan dan penuh problema. Dalam dokumen MASRI ( Majelias Antar Serikat Religius Indonesia) tahun 1984 dilukiskan secara cukup luas apa yang dimaksud orang miskin dan kecil yakni antara lain orang yang tak berdaya karena mengalami aneka macam pemiskinan …. yang membuat semakin banyak orang hidup semakin tidak manusiawi dan tidak menggambarkan bahwa dia adalah citra Allah yang bermartabat sebagai manusia ( no. 6). Pada umumnya mereka hidup dibawah taraf kewajaran manusia (no 7) (Lihat dalam buku Kemiskinan dan Pembebasan hal 98).

Proses pemiskinan

Dalam pengertian kaum miskin diatas, disebutkan bahwa kemiskinan terjadi akibat tak berdaya dalam menghadapi berbagai macam pemiskinan yang disebabkan adanya ketidak-adilan dalam berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik.

Namun banyak orang berpendapat bahwa kemiskinan terjadi akibat kesalahan orang miskin sendiri yang malas, tidak mau maju, tidak jujur/suka menipu dsb. Didalam masyarakat memang masih dijumpai sebagian kecil kelompok orang miskin yang mempunyai sifat demikian. Namun kita tidak boleh menutup mata bahwa sebagian besar kaum miskin yang ada disekitar kita adalah orang-orang yang telah bekerja keras dan ulet. Namun kehidupan mereka tetap saja tidak berubah. Kita dapat melihat petani-petani kecil yang telah bersusah payah mengolah lahan, menanam berbagai tanaman kemudian setelah panen mereka jual ke pasar. Mereka, para petani berangkat pagi hari menuju pasar sering hanya dengan berjalan kaki. Kemiskinan yang terjadi pada petani kecil jelas tidak dapat disalahkan pada petani itu sendiri melainkan karena struktur ekonomi yang sering merugikan kedudukan mereka. Harga pertanian yang tidak boleh melonjak sementara harga kebutuhan sehari-hari (dari hasil industri) mengalami kenaikan yang pesat seiring dengan kenaikan harga BBM dan gaji pegawai negeri.

Proses pemiskinan yang lebih jelas terjadi dapat terlihat pada sesosok tenaga kerja/ buruh di perkebunan yang kehidupannya hampir tetap sama dari generasi ke generasi akibat upah yang kurang memadai, sementara para staf hidup dengan sangat layak.
Ini hanya sebuah gambaran nyata dari sekian banyak proses pemiskinan yyang sering tidak kita sadari yang terjadi disekitar masyarakat kita.

Jalan keluar masalah kemiskinan ?

Memang tidak mudah mencari jalan keluar dari masalah kemiskinan.
Sudah banyak para pakar dari berbagai disiplin ilmu berusaha menyelesaikan masalah kemiskinan dengan berbagai metode dan pendekatan. Ada yang menghendaki lewat jalur hukum (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dsb), dengan himbauan (misal pola hidup sederhana,kesetiakawanan sosial dsb), khotbah diberbagai kegiatan keagamaan dsb.

Sebenarnya sebagai umat kristiani kita selalu diingatkan akan ajaran yang utama yakni cinta kasih. Dan hanya kasih dalam diri kita masing-masing yang mampu merubah wajah disekitar kita menjadi lebih manusiawi dan mampu mengurangi prosentase kemiskinan. Apabila kita dapat saling memperhatikan, menolong memberi “kail” pada kaum miskin, maka proses pemiskinan akan semakin terkikis dan digantikan oleh proses saling mengasihi yang membawa masyarakat menuju kedamaian dan kebahagiaan. Pendidikan Non Formal (PNF) dapat dijadikan jembatan bagi kaum miskin yang tidak sempat menikmati pendidikan formal untuk mendapatkan ketrampilan / skill yang dapat dijadikan bekal untuk hidup mandiri. Hanya saja PNF mempunyai kendala yang cukup besar yakni masalah dana yang diperlukan cukup besar untuk penyelenggaraannya serta dibutuhkan tenaga-tenaga yang rela menyisihkan sebagian waktu hidupnya untuk kemajuan sesamanya.

Semoga kita sebagai bagian dari gereja mampu mewujudkan wajah gereja yang berpihak pada kaum miskin dalam setiap perbuatan dan tingkah laku kita sehari-hari berlandaskan kasih akan Allah dan sesama. Memang tidak mudah, banyak cobaan dan godaan namun dengan bantuan Roh Kudus kita berharap mempunyai keprihatinan yang besar terhadap kaum miskin, sehingga gereja kaum miskin benar-benar terwujud dan diperlukan, bukan sekedar slogan belaka. Semoga

YBT Suryo Kusumo
Pengembang masyarakat perdesaaan
Email : tony.suryokusumo@gmail.com

Tidak ada komentar: