Senin, 13 Oktober 2008

KAUM MUDA GEREJA, MENELADANI BENTO ATAU SANTO/SANTA ?

Kaum muda gereja merupakan kekuatan dan harapan kemajuan gereja dimasa mendatang. Kaum muda sebagai bagian tak terpisahkan dari umat beriman merupakan kelompok yang rawan terhadap cobaan dan godaan. Usia muda merupakan masa untuk menemukan identitas diri dari berbagai pilihan yang harus diputuskan secara tepat dan bijaksana. Kegiatan yang dipilih dan dilakukan sekarang merupakan dasar pijakan bagi kehidupan mendatang. Maka sudah selayaknya gereja memperhatikan dengan penuh kesungguhan dinamika dan perkembangan kaum mudanya untuk mengarah pada kemajuan yang didasari spriritualitas kristiani. Cobaan dan godaan yang paling rawan antara lain kehamilan usia muda diluar nikah yang menjurus ke aborsi, narkotika, pesimistis, individualistis, kemalasan dan jalan pintas menuju kaya (lewat SDSB, kriminalitas dsb).

Keberanian melawan arus

Jika kita menyimak dan memahami pesan yang terkandung dalam lagu “Bento” yang sempat populer beberapa waktu yang lalu, seakan ingin menunjukkan salah satu arus yang sedang mengalir di masyarakat kita yakni pemujaaan terhadap kebendaaan
(materialistis) yang secara langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi jiwa kaum muda. Terlihat betapa bangga “Bento” atas pemilikan materi yang sangat berlimpah meskipun didapat dengan jalan yang berlawanan dengan suara hati, moral serta membuat sesama yang kecil dan lemah semakin tidak berharkat dan tidak manusiawi.

Maka menjadi sangat ironis jika kaum muda gereja sekarang lebih mengenal dan mengidealkan menjadi seperti Bento daripada meneladani Santo/Santa.
Siapa yang bertanggung jawab jika kaum muda gereja semakin tidak mengenal kehidupan para Santo/Santa, tetapi justru lebih dekat dan lebih mengenal pola kehidupan Bento ?

Mari kita belajar jujur terhadap diri kita sendiri, dan berefleksi kemanakah arah kaum muda gereja kita ?
Jika kita menengok ke lembaga pendidikan kristiani dari berbagai tingkatan, terlihat jelas betapa mereka yang mengenyam pendidikan kristiani justru sering memperlihatkan sikap yang berlainan dengan iman yang dihayatinya. Seragam yang sangat pantas, fasilitas yang lengkap dan cenderung mewah, gedung pendidikan yang megah, bermobil mewah, seolah-olah mengajak kaum muda untuk menyiapkan diri menjadi seperti Bento yang dihargai karena kekayaan yang berlimpah sehingga status sosialnya ikut terangkat. Kaum muda gereja yang demikian jelas akan semakin jauh dan semakin sulit menghayati dan meneladani kehidupan para Santo/Santa yang penuh dengan kesederhanaan, ketekunan, kerja keras, semangat kebersamaan dan kerelaan berkurban yang cukup tinggi.

Pendidikan formal yang seharusnya dijadikan sarana untuk membentuk kepribadian yang utuh dan meningkatkan intelektualitas dapat terjebak dan salah arah menjadi ajang untuk memamerkan kekayaan, menjatuhkan satu dengan lainnya, serta menganggap teman sebagai musuh yang harus dikalahkan.

Dan pada akhirnya dapat menyuburkan sikap individualistis dan sikap masa bodoh terhadap kesetiakawanan sosial. Maka mungkin dalam benak kaum muda terpikir bahwasanya “Sombong pangkal dihormati “ dan “Hemat menunjukkan melarat”.

Maka jika kaum muda gereja lebih bergaya Bento daripada meneladani Santo/Santa, menjadi tugas para gembala dan pemuka umat utnuk memberi arah dan keteladanan meskipun sering dianggap melawan arus. Kaum muda gereja tidak menuntut banyak dan tidak memerlukan banyak kotbah dan nasehat, melainkan pendampingan dan sikap nyata dari kaum dewasa untuk mewujudkan iman dalam perbuatan.

Semoga apa yang terungkap diatas bukanlah kenyataan obyektip yang kita tangkap, melainkan hanya pengandaian yang mungkin saja dapat terjadi pada kaum muda gereja yang kita cintai.

Mudah-mudahan semangat kebangsaan dan kerasulan lebih merasuk ke jiwa kaum muda sehingga semangat kesederhanaan, kedisiplinan, suka kerja keras dan pengorbanan untuk membangun bangsa dan gereja bagi kemajuan sesama terpateri dalam diri kaum muda gereja seperti yang telah diteladankan oleh para Santo/Santa.




Dili, 20 Oktober 1992


YBT Suryo Kusumo
Staf “PUSLAWITA”DARE

Tidak ada komentar: